Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Advertise

Followers

Visitors

Featured Posts Coolbthemes

Rabu, 20 Juli 2011

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN MASALAH KESEHATAN REPRODUKSI

PERMASALAHAN DALAM KESEHATAN REPRODUKSI

Kesehatan reproduksi yang meliputi kesehatan fisik, mental dan sosial secara utuh berhubungan dengan sistem fungsi dan proses reproduksi seharusnya dimiliki oleh setiap individu mulai janin sampai dengan lanjut usia. Untuk itu setiap individu dengan difasilitasi oleh pemerintah, swasta dan pihak lainnya harus terus mengupayakan kesehatan reproduksinya agar kualitas hidupnya tetap terjaga sampai akhir hayat. Setiap individu atau pasangan tentu ingin memiliki kesehatan reproduksi yang baik namun tidak semua individu dapat memilikinya secara utuh karena berbagai alasan, baik dari organ reproduksi dalam dirinya maupun pengaruh lingkungan.
Dalam  kesehatan  reproduksi  ada  beberapa permasalahan yang mungkin saja dialami oleh individu maupun pasangan, yaitu:
1. kanker alat reproduksi, yaitu kanker yang menyerang alat reproduksi baik pada perempuan maupun laki-laki, seperti kanker leher rahim, kanker indung telur, endometrium, trofoblas ganas, kanker prostat dan kanker payudara.
2. infertilitas, yaitu ketidak mampuan pasangan suami istri untuk mendapatkan keturunan setelah menikah  selama  dua  tahun  atau  untuk memperoleh anak berikutnya.
3. gangguan kesehatan seksual yang berdampak kepada kurang harmonisnya hubungan suami- istri, baik dari pihak suami maupun istri, antara lain frigiditas, disfungsi orgasme dan vaginismus serta impotensi, ejakulasi dini dan ejakulasi terhambat.
4. Infeksi Saluran Reproduksi yang dapat terjadi pada perempuan dan laki-laki  terdiri dari infeksi yang disebabkan oleh organisme normal, infeksi yang disebabkan oleh prosedur kesehatan serta infeksi menular seksual (IMS). Khusus untuk IMS telah diuraikan pada kegiatan belajar dua, sementara uraian tentang HIV dan AIDS diuraikan pada kegiatan belajar tiga modul ini.

Berbagai permasalahan kesehatan reproduksi dapat segera diatasi dan dicarikan jalan keluarnya secara tepat apabila setiap individu mempunyai kesadaran yang tinggi tentang pentingnya kesehatan reproduksi diiringi oleh penyediaan sarana pelayanan kesehatan yang memadai. Pelayanan ini meliputi pelayanan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) serta pelayanan medis berkaitan dengan kesehatan reproduksi.

KANKER  ALAT  REPRODUKSI

Kanker merupakan penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang menyebar ke berbagai bagian tubuh (metastase) sehingga dapat menyebabkan kematian apabila terlambat penanggulangannya. Kanker dapat terjadi pada semua orang, pada setiap bagian tubuh dan pada semua golongan umur, terutama pada orang dewasa usia 40 tahun ke atas. Hal ini disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon dan proses penuaan atau kemunduran pertumbuhan sel. 
Kanker alat reproduksi adalah kanker yang menyerang alat reproduksi perempuan dan laki-laki, yang 70 persen kasusnya adalah kanker leher rahim (Informasi Dasar  Penanggulangan  Masalah  Kesehatan Reproduksi, BKKBN, 2005). Kanker alat reproduksi yang terjadi pada perempuan terdiri dari: kanker leher rahim, kanker indung telur dan endometrium, kanker trofoblas ganas, dan kanker payudara. Sedangkan kanker alat reproduksi pada laki-laki berupa kanker prostat.

Sumber: Modul 5 Seri B; Gender Dalam Kesehatan Reproduksi

Selasa, 19 Juli 2011

CARA PENCEGAHAN HIV DAN AIDS

Sama halnya dengan cara pencegahan IMS, cara yang paling ampuh adalah dengan (ABCDE):
1. Abstinence:  tidak  melakukan hubungan seksual  sebelum menikah.
2. Be Faithfull: saling setia pada pasangan yang sah.
3. Condom:  gunakan condom apabila salah satu  dari  pasangan terkena IMS atau HIV dan AIDS.
4. Drugs: hindari narkoba suntik.
5. Equipment: mintalah peralatan kesehatan yang steril.

   Seseorang dapat diketahui terinfeksi HIV dan AIDS setelah melakukan tes HIV dan AIDS melalui contoh darahnya.
1.    Tes Darah HIV DAN AIDS

a. Tes HIV adalah tes yang dilakukan untuk memastikan apakah seseorang dapatdinyatakan terinfeksi HIV atau tidak.
b. Tes HIV berfungsi untuk mengetahui adanya antibodi terhadap HIV atau adanyaantigen HIV dalam darah.
c. Ada  beberapa jenis  tes  yang  biasa dilakukan  seperti tes Elisa, Rapid test, tes Western Blot.
d. Masing-masing alat tes memiliki kemampuan untuk menemukan orang yang mengidap HIV dan bukan pengidap HIV.
e. Untuk tes antibodi HIV semacam Elisa memiliki sensitivitas yang tinggi (99,7 persen 99,90 persen), artinya 0,1 persen– 0,3 persen dari semua orang yang tidak berantibodi HIV akan dites positif untuk antibodi tersebut.
f. Hasil Elisa positif ini perlu diperiksa ulang dengan  metode  Western  Blot  yang sensitivitasnya lebih tinggi.

2. Syarat dan Prosedur Tes Darah HIV dan AIDS

Syarat tes untuk keperluan HIV adalah:
a. Bersifat rahasia.
b. Harus melalui konseling, baik prates maupun pascates.
c. Sukarela, dengan prosedur pemeriksaan darah yang meliputi 3 tahapan:
1) pretes konseling, untuk mengukur tingkat risiko, penjelasan hasil tes, informasi akurat tentang HIV dan AIDS dan identifikasi kebutuhan
2) Tes darah Elisa: bila hasilnya negatifnperlu  dilakukan  konseling ulanguntuk penataan perilaku seks yang aman; perlu diulang 3–6 bulannberikutnya. Bila hasilnya positif perlu dilakukan tes Western Blot.
3) Tes Western Blot :
a) Bila positif perlu dilaporkan ke dinas kesehatan (tanpa nama), perlu  pascakonseling  dan pendampingan untuk menghindari putus asa.
b) Bila hasilnya negatif sama prosedurnya dengan bila hasil tes Elisa negatif.

PENGOBATAN HIV DAN AIDS

Sampai saat ini obat yang digunakan berfungsi untuk menahan perkembangbiakan virus, bukan menghilangkan HIV dari tubuh. Untuk menahan lajunya tahap perkembangan virus ini ada 2 jenis obat yaitu:
1. Anti-retroviral (ARV)  adalah obat yang digunakan untuk menghambat perkembangbiakan virus. Obat yang  termasuk anti retroviral, yaitu AZT, Didanoisne, Zaecitabine, Stavudine.
2. Obat infeksi oportunistik yaitu obat yang digunakan untuk mengobati penyakit yang muncul sebagai efek samping rusaknya sistem kekebalan tubuh, misal obat anti-TBC.

Sumber: Modul 5 Seri B: Gender Dalam Kesehatan Reproduksi

PENGENDALIAN HIV DAN AIDS

1. Pengertian

HIV adalah singkatan dari Human Immuno deficiency Virus, yaitu sejenis virus (yakni Rotavirus) yang dapat menurunkan sampai merusak  sistem kekebalan tubuh.
Ketika seseorang sudah tidak lagi memiliki  sistem kekebalan tubuh maka  semua penyakit  dapat dengan  mudah masuk ke dalam tubuhnya.
AIDS merupakan singatan  dari Aquired Immuno Deficiency Syndrome:
a) Acquired  berarti  didapat  dengan pengertian  bukan  diturunkan  atau penyakit turunan.
b) Immuno adalah kekebalan tubuh untuk mengantisipasi adanya serangan mikro organisme dari luar.
c) Deficiency  berarti  kurang  atau penurunan dari keadaan yang normal.
d) Syndome adalah serangkaian gejala.
Jadi, AIDS adalah kumpulan gejala penyakit yang didapat akibat menurunnya fungsi kekebalan tubuh akibat  HIV. Kasus AIDS pertama kali dilaporkan di Los Angeles oleh Gottleib dan kawan-kawan pada tanggal 5 Juni 1981, walaupun sebenarnya telah ditemukan di rumah sakit di negara Afrika Sub-Sahara pada akhir tahun 1970-an. Kasus AIDS di Indonesia ditemukan pertama kali di Bali tahun 1987 yang baru dilaporkan oleh Jaringan Epidemiologi Nasional tahun 1993.

HIV ditemukan oleh Dr. Luc Montaigner dan kawan-kawan di Perancis yang berhasil mengisolasi virus penyebab AIDS. Akhir Mei 1986 Komisi Taksonomi Internasional sepakat menyebut nama virus AIDS ini dengan HIV.

Istilah HIV dan AIDS sering bersama tetapi sebenarnya terpisah karena orang yang terpapar HIV belum tentu menderita AIDS, hanya saja lama kelamaan sistem kekebalan tubuhnya semakin melemah sehingga semua penyakit dapat masuk ke dalam tubuh. Orang dalam  fase ini  dapat  disebut  sebagai penderita AIDS.

2.   Lokasi Hidup Virus

HIV dapat hidup di dalam darah, cairan vagina, cairan sperma, dan air susu ibu (ASI).

PROSES PENULARAN DAN PENYEBARAN HIV DAN AIDS

1. Penularan dan Penyebaran HIV dan AIDS

HIV dan AIDS dapat ditularkan melalui:
a. hubungan seksual, baik melalui vagina (alat kelamin perempuan), penis (alat kelamin laki-laki), anus, maupun mulut dengan pasangan yang mengidap/terinfeksi  HIV;
b. transfusi darah yang mengandung virus HIV tanpa dilakukan skrining terlebih dahulu;
c. jarum suntik, alat tusuk lain (tusuk jarum, tindik, tattoo), pisau cukur, sikat gigi yang telah terkena darah pengidap HIV dan AIDS;
d. ibu hamil yang mengidap virus HIV kepada janinnya yang dikandung atau selama proses persalinan normal dan melalui ASI yang diberikan kepada anaknya.

HIV dan AIDS tidak dapat ditularkan melalui:
a. hubungan kontak sosial biasa dari satu orang ke orang lain di rumah, di tempat kerja atau tempat umum lainnya;
b. bersalaman, menyentuh, berpelukan atau cium pipi;
c. udara dan air (kolam renang, toilet);
d. gigitan nyamuk atau serangga lain;
e. terpapar batuk atau bersin;
f. berbagi makanan atau menggunakan alat makan bersama.

2. Fase-fase HIV menjadi AIDS

Untuk sampai pada fase AIDS seseorang yang telah terinfeksi HIV akan melewati beberapa fase.
a. Fase pertama, awal terinfeksi belum terlihat  ciri-cirinya  meskipun  yang bersangkutan melakukan tes darah. Hal ini terjadi karena pada fase ini sistem antibody terhadap HIV belum terbentuk, tetapi  orang  tersebut  sudah  dapat menulari orang lain. Masa ini disebut dengan window period, biasanya antara 1–6  bulan.
b. Fase kedua, berlangsung lebih lama sekitar 2–10 tahun setelah terinfeksi HIV.
Pada fase ini orang sudah HIV positif tetapi belum menunjukkan gejala sakit meski sudah dapat menulari orang lain.
c. Fase ketiga, muncul gejala-gejala awal penyakit yang disebut dengan penyakit yang terkait dengan HIV tetapi belum dapat disebut dengan gejala AIDS. Pada fase ini sistem kekebalan tubuh mulai berkurang.
Gejala yang berkaitan dengan infeksi HIV antara lain:
1) Keringat berlebihan pada waktu malam.
2) Diare terus menerus
3) Pembengkakan  kelenjar  getah bening
4) Flu tidak kunjung sembuh
5) Nafsu makan berkurang dan lemah.
6) Berat badan terus berkurang.
d. Fase keempat, sudah masuk pada tahap AIDS. AIDS baru dapat terdiagnosa setelah kekebalan tubuh sangat berkurang dilihat dari jumlah sel T-nya (di bawah 2001 mikro liter) dan timbul penyakit lainnya yang disebut dengan infeksi oportunistik, yaitu:
1) kanker khususnya kanker kulit;
2) Infeksi paru-paru yang menyebabkan radang paru-paru dan kesulitan bernafas;
3) Infeksi usus yang menyebabkan diare parah selama berminggu-minggu;
4) Infeksi otak yang menyebabkan kekacauan mental, sakit kepala;
5) Sariawan.
Pada fase keempat ini seseorang perlu melakukan pemeriksaan darah kembali dan diukur prosentase sel darah putih yang belum terbunuh virus HIV.
Kurun waktu seseorang memasuki fase AIDS  setelah  terinfeksi  HIV  sangat tergantung  pada  gizi  tinggi  yang dikonsumsi  serta obat-obatan yang membantu  proses  pembentukan pertahanan tubuh.

Sumber: Modul 5 Seri B: Gender Dalam Kesehatan Reproduksi

Senin, 18 Juli 2011

PENGENDALIAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS)

1.  Pengertian
     Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah golongan penyakit menular atau penyakit infeksi yang terutama ditularkan melalui kontak/hubunganseksual. Penyakit ini merupakan salah satu saluran transmisi penyakit Hepatitis B dan HIV dan AIDS. Keberadaan IMS di kalangan ibu rumah tangga cukup memprihatinkan yang terikat dalam suatu perkawinan yang sah. Hal ini memberikan gambaran kepada kita tentang perilaku tidak sehat suami maupun istri sebelum atau di luar nikah.

2. Penyebab dan  Cara Penularan IMSIMS dapat disebab-kan oleh virus, bakteri atau parasit jamur yang hanya dapat  dilihat melalui alat pembesar (mikroskop) karena sangat kecil tidak dapat dilihat oleh mata.

IMS terutama ditularkan dengan  cara hubungan seksual melalui: penis, vagina,  anal dubur),  dan oral (mulut). Cairan mani dan vagina merupakan  tempat  yang  baik  untuk berkembangbiaknya bibit penyakit IMS. Sebagai bibit penyakit IMS berada pula dalam darah, maka cara penularannya  yang lain melalui jarum suntik atau alat-alat kedokteran yang tercemar virus/bakteri IMS.
3.  Risiko tertular IMSRisiko  tertular IMS dapat dialami oleh perempuan dan laki-laki, secara khusus adalah:
a. setiap orang yang melakukan hubunganseksual dengan orang yang mengidap IMS tanpa menggunakan pelindung/ kondom;
b. orang yang sering berganti-ganti pasangan seksual;
c. setiap orang yang mendapat transfusi darah yang tercemar IMS, yaitu darah tanpa penapisan/screening terhadap IMS, contohnya sifilis, HIV;
d. bayi yang dilahirkan oleh ibu yang mengidap gonorrhoeae/GO (kencing nanah).

JENIS-JENIS IMS

1.   Gonorrhoeae/GO atau kencing nanah Penyebabnya  adalah  bakteri  Neisseria Gonorrhoeae  yang masa inkubasinya 2–10 hari sesudah kuman masuk ke tubuh melaluihubungan seksual.
a.  Gejala pada laki-laki:
1) mulut uretra bengkak/merah
2) rasa gatal panas dan nyeri sewaktu buang air kecil
3) lubang kencing keluar cairan putih atau kuning kehijauan
b. Gejala pada perempuan
1) tanpa  gejala  karena  tahap  awal terdapat pada mulut rahim
2) terdapat keputihan
3) rasa nyeri di rongga panggul
4) rasa sakit waktu haid
c. Akibat:
1) Penyakit radang panggul
2) Infeksi mata pada bayi baru lahir yang dapat berdampak kebutaan
3) Bayi lahir muda, cacat atau lahir mati.
2.   Sifilis (raja singa)
Penyebabnya Triponema pallidum, dengan masa inkubasinya 2–6 minggu sampai 3 bulan sesudah kuman masuk melalui hubungan seksual.

a.  Gejala berupa infeksi kronis dan sistemik dengan tiga tahap:
1) primer: luka pada kemaluan tanpa rasa nyeri, biasanya tunggal.
2) sekunder:  bintik  merah  di  tubuh, berlangsung lama/tanpa gejala klinis yang jelas.
3) tersier: kelainan saraf, jantung, pembuluh darah dan kulit.
b.  Akibat:
1) jika tak diobati dapat menyebabkan kerusakan berat pada otak dan jantung.
2) Selama  masa  kehamilan  dapat ditularkan pada janin dan menyebabkan keguguran atau lahir cacat atau lahir mati.
3) Memudahkan penularan HIV.
3. Herpes genitalis (Dompo/Dampa)
a. Penyebabnya virus herpes simplex dengan masa inkubasi 4–7 hari dimulai dengan rasa terbakar atau kesemutan pada tempat virus masuk.
b. Gejala:
1) bintil berkelompok seperti anggur dan sangat nyeri pada kemaluan. Setelah pecah meninggalkan luka kering yang mengerak kemudian hilang.
2) gejala muncul lagi meski tak senyeri tahap awal bila ada pencetusnya (stres, haid, alkohol, hubungan seks berlebihan), menetap seumur hidup.

c. Akibat:
1)  rasa nyeri berasal dari syaraf
2)  dapat menular kepada bayi pada waktu lahir bila bintik berair.
3) dapat menimbulkan infeksi berat, penularan pada bayi dan menyebabkan lahir muda, cacat bayi atau lahir mati.
4) memudahkan penularan  infeksi HIV.
5) kanker leher rahim.
4.   Trikomoniasis/ keputihan Berbau busuk

a. Penyebabnya sejenis protozoa Trikomonas Vaginalis.
b. Gejala:
1) keputihan encer, kuning kehijauan, dan busuk.
2) bibir kemaluan agak bengkak, kemerahan, gatal, berbusa, dan terasa tidak nyaman.
c.   Akibat:
1) kulit sekitar vulva (punggung atas kemaluan perempuan) lecet
2) dapat sebabkan bayi prematur
3) memudahkan penularan infeksi HIV.
5.   Ulkus molle (koreng)

a.  Penyebabnya bakteri Haemophilus Ducreyi.
b.  Gejala:
1) luka sangat nyeri tanpa radang jelas.
2) Benjolan di lipatan paha yang sangat sakit dan mudah pecah serta mening- galkan luka koreng /ulkus yang dalam.

c. Akibat:
1)  luka infeksi mengakibatkan  kematian jaringan di sekitarnya.
2)  jika terpapar, luka memudahkan penularan infeksi HIV.
6.   Klamidia
a.  Penyebabnya: Chlamidia Trachomatis.
b.  Gejala:
1) keluar cairan dari alat kemaluan atau keputihan encer putih kekuningan
2) nyeri di rongga panggul
3) perdarahan setelah hubungan seksual.
c. Akibat:
1) penyakit radang panggul
2) kemandulan
3) kehamilan diluar kandungan
4) rasa sakit kronis di rongga panggul
5) infeksi berat pada mata
6) infeksi paru-paru pada bayi baru lahir
7) memudahkan penularan infeksi HIV.
7.   Condiloma Accuminata (jengger ayam)

a. Penyebabnya virus Human Papilloma
b. Gejala:
1)   terdapat satu atau beberapa kutil sekitar kemaluan
2)  kutil dapat membesar
c. Akibat: kanker mulut rahim
8.  Candidiasis (infeksi jamur)
a.  Penyebabnya jamur Candida Albicans yang umumnya terdapat di mulut, usus, dan vagina.

b.  Gejala:
1) keputihan mirip keju disertai lecet dan gatal di bibir kemaluan dengan bau khas
2) juga dapat menyerang laki-laki
c. Akibat: memudahkan terinfeksi HIV.
Penularan melalui hubungan seksual dan nonseksual seperti kebersihan diri.
9.   Kutu pubis
a.   Penyebabnya kutu Phthirus Pubis yang hidup dan dapat menyerang semua rambut, kecuali rambut kepala.
b. Gejala:
1) rasa gatal terus menerus
2) terdapat di rambut ketiak dan  kemaluan
3) tempat gigitan tampak bercak   kebiruan.
c. Penularan:  kutu  dan  telurnya  dapat menyebar dan ditularkan melalui pakaian, seprai, tempat, duduk, toilet (WC) atau melalui hubungan seksual.

Sumber: Modul 5 seri B: Gender Dalam Kesehatan Reproduksi

KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA

A. KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA SEBAGAI ISU PENTING

Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) secara umum didefinisikan sebagai kondisi sehat dari sistem, fungsi, dan proses alat reproduksi yang dimiliki oleh remaja, yaitu  laki-laki  dan perempuan usia 10–24  tahun (BKKBN-UNICEF, 2004).
Isu kesehatan reproduksi remaja merupakan isu yang mendesak untuk pembangunan kesehatan masyarakat, bukan hanya sekedar isu moral semata.

Kondisi  kesehatan reproduksi remaja sangat penting  dalam pembangunan nasional karena remaja merupakan aset dan generasi penerus bangsa. Dalam konteks inilah masyarakat internasional menekankan pentingnya setiap negara menyediakan sumber atau saluran yang dapat diakses oleh remaja dalam memenuhi haknya memperoleh informasi dan pelayanan kesehatan reproduksi yang baik dan memadai sehingga terhindar dari informasi yang menyesatkan.
Ada beberapa faktor yang mendasari mengapa program KRR menjadi isu penting.
 
Pertama, pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi masih sangat rendah. Hanya 17,1 persen perempuan dan 10,4 persen  laki-laki mengetahui secara benar tentang masa subur dan risiko kehamilan; remaja perempuan dan laki-laki usia 15– 24 tahun yang mengetahui kemungkinan hamil dengan hanya sekali berhubungan seks masing- masing berjumlah 55,2 persen perempuan dan 52 persen laki-laki.
Kedua, akses pada informasi yang benar tentang kesehatan reproduksi sangat terbatas, baik dari orangtua, sekolah, maupun media massa. Budaya tabu dalam pembahasan seksualitas menjadi suatu kendala kuat dalam hal ini. Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR) yang dapat dimanfaatkan sebagai salah satu sumber informasi penting, baru berjumlah 682 (laporan akhir 2004) yang kemudian meningkat menjadi 2773 buah (Juli 2007). Masih belum memadainya jumlah PIK-KRR dan minat  remaja mengetahui KRR secara benar menyebabkan akses informasi ini rendah.

Ketiga, informasi menyesatkan yang memicu kehidupan seksualitas remaja yang semakin meningkat dari berbagai media, yang apabila tidak dibarengi oleh tingginya pengetahuan yang tepat dapat memicu perilaku seksual bebas yang tidak bertanggungjawab.
Keempat,  kesehatan  reproduksi berdampak panjang. Keputusan-keputusan yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi mempunyai konsekuensi atau akibat jangka panjang dalam perkembangan dan kehidupan sosial remaja. Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD) berdampak pada kesinambungan pendidikan, khususnya remaja putri. Remaja tertular HIV karena hubungan seksual tidak aman mengakhiri masa depan yang sehat dan berkualitas.
Kelima, status KRR yang rendah akan merusak masa depan remaja, seperti pernikahan, kehamilan serta seksual aktif sebelum menikah, juga terinfeksi HIV dan penyalahgunaan narkoba.
B.   TRIAD KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA (KRR)

Orangtua dan remaja perlu memahami tentang kesehatan reproduksi, khususnya kesehatan reproduksi remaja yang biasa dikenal dengan sebutan ‘Triad KRR’, yaitu 3 (tiga) hal pokok yang mempunyai kaitan sebab akibat antara satu dengan lainnya.

Triad KRR tersebut meliputi:
1. Perkembangan seksual dan seksualitas (termasuk pubertas dan KTD).
2. Infeksi Menular Seksual (IMS) dan HIV dan AIDS.
3. NAPZA (Narkotika, Alkohol, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya [Sedia Payung Sebelum Hujan, BKKBN, 2003]).  
Menurut Badan Narkotika Nasional (BNN), NAPZA singkatan dari Narkotika,
Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya: alkohol termasuk dalam zat adiktif).

Sumber: Modul 5 seri B: Gender Dalam Kesehatan Reproduksi